Jakarta, manuver.com – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong peningkatan daya saing produk pangan Indonesia.
“Peran Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam menjadi sangat penting karena pangan lokal harus difortifikasi, harus diberikan tambahan asupan gizi yang dibutuhkan untuk membuat makanannya ini cocok, artinya cocok untuk dikonsumsi dan bisa paling tidak mengurangi dampak dari stunting,” kata Menristek Bambang dalam kunjungannya ke Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yogyakarta, Jumat.
Menristek Bambang memberikan dukungan dan apresiasi kepada BPTBA LIPI atas upayanya untuk terus melakukan inovasi memanfaatkan teknologi khususnya dalam bidang pangan.
“Tentunya, saya mendukung penuh upaya BPTBA LIPI yang terus mengembangkan teknologi dalam bidang pangan baik dalam pengalengan maupun kehalalan pangan. Selain untuk ketahanan pangan, teknologi seperti ini, akan meningkatkan daya saing produk pangan Indonesia untuk dapat dipasarkan ke luar negeri,” ujar Bambang.
Dalam 10 tahun terakhir, lebih dari 100 usaha kecil dan menengah dan kelompok masyarakat telah memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari BPTBA LIPI.
BPTBA LIPI sebagai salah satu Pusat Unggulan Iptek (PUI) dan juga Koordinator Produk Prioritas Nasional terkait dengan pengemasan makanan.
Pada kesempatan itu, Kepala BPTBA LIPI Satriyo Krido Wahono mengatakan salah satu teknologi yang telah dikembangkan BPTBA dan dimanfaatkan secara luas adalah teknologi pengalengan makanan tradisional.
Teknologi yang dapat mempertahankan kualitas makanan yang dikalengkan menjadi awet hingga lebih dari satu tahun itu telah diaplikasikan untuk lebih dari 200 jenis makanan tradisional yang ada di Indonesia.
Pada 2020, BPTBA LIPI berkolaborasi dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan industri kecil menengah atau usaha kecil dan menengah olahan pangan yang ada di Yogyakarta untuk melakukan proses percepatan izin edar 26 produk pengalengan makanan.
“Proses itu mencakup kegiatan pra riset, riset, dan pengurusan izin edar MD BPOM dalam kurun waktu tiga bulan. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan daya saing dan jangkauan pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah olahan makanan tradisional di masa pandemi COVID-19 dengan keunggulan produk menjadi lebih awet,” tutur Satriyo.
Untuk mendukung peningkatan kualitas riset teknologi pangan dan eksplorasi sumber pangan Indonesia, BPTBA LIPI akan dilengkapi dengan fasilitas c-GMP atau Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) untuk mendukung peningkatan kualitas riset teknologi pangan dan eksplorasi sumber pangan Indonesia.
Saat ini fasilitas tersebut sedang dalam tahap pembangunan melalui skema hibah Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan diharapkan selesai pada akhir 2021.
“Fasilitas laboratorium pangan ini dapat mendukung berbagai bidang riset yang penting dalam bidang pangan. Kami juga akan mengembangkan penelitian pengemasan pangan dan kehalalan pangan,” ujar Satriyo.
Laboratorium pangan itu nantinya akan dibuka untuk kebutuhan masyarakat di seluruh Indonesia sesuai dengan tujuan dari SBSN yang harus berguna untuk masyarakat luas.
Satriyo mengatakan pelaku industri atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), peneliti dan akademisi yang ingin melaksanakan kegiatan riset terkait pangan, kemasan, dan pangan halal dapat melakukan kegiatan penelitiannya di laboratorium tersebut.(Ant)