SBY ajak para pemimpin dunia bekerja sama atasi krisis global

Jakarta – Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak para pemimpin dunia untuk bekerja sama, sebagaimana dilakukan negara-negara anggota G20 pada tahun 2008 silam, demi mengatasi beragam krisis global.

“Kita pernah melakukan hal ini sebelumnya pada tahun 2008. Ketika dunia dilanda krisis keuangan global, negara-negara G20 berhasil menyelesaikan masalah dengan bekerja sama, bahu-membahu,” ujar SBY, sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri pertemuan para mantan kepala negara yang tergabung dalam Club de Madrid (CdM) di Berlin, Senin (31/10), yang diinisiasi oleh The Yudhoyono Institute bersama CdM, Liz-Mohn Center, dan Kantor Luar Negeri Federal Jerman.

Lebih lanjut, SBY menyampaikan terdapat tiga krisis global yang perlu diatasi oleh para pemimpin dunia dengan bekerja sama serta menurunkan ego masing-masing. Tiga krisis tersebut adalah perang antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan, ancaman resesi ekonomi global, dan perubahan iklim yang ekstrem.

Kemudian, SBY juga mengajak para pemimpin dunia saat ini untuk menjawab tiga pertanyaan besar.

“Pertama, bagaimana kita menyelesaikan krisis multidimensi yang kompleks ini, yaitu elemen keamanan, ekonomi, kemanusiaan, lingkungan, dan politik yang saling terkait,” ucapnya.

Kedua, lanjut dia, para pemimpin dunia harus menjawab pertanyaan mengenai bagaimana agar mereka bisa meningkatkan ruang kerja sama antar-bangsa, termasuk antar-masyarakat sipil.

“Ketiga, karena tatanan dunia tampaknya memudar, bagaimana kita menyesuaikan tatanan dunia dengan realitas dan kebutuhan abad ke-21?” ujar SBY.

Mengakhiri pidatonya, SBY mengatakan bahwa para mantan pemimpin dunia memiliki kewajiban moral untuk menawarkan gagasan-gagasan konstruktif dalam mengatasi beragam persoalan dunia. Gagasan tersebut, lanjut dia, dapat disarankan kepada G20, Dewan Keamanan PBB, dan para pemimpin dunia saat ini.

“Kita mungkin bukan power holders (pemegang kekuasaan). Namun dengan niat baik dan tulus yang tidak perlu diragukan lagi, kita memiliki kewajiban moral untuk menawarkan gagasan-gagasan konstruktif, yang mungkin kita sarankan kepada G20, Dewan Keamanan PBB, dan para pemimpin dunia yang sekarang berkuasa,” ujar SBY.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Club de Madrid yang juga mantan Presiden Slovenia Danilo Türk menyambut baik usulan SBY.

“Seperti yang baru saja dijelaskan oleh Presiden Yudhoyono, kita mungkin tidak selalu didengar, kita mungkin tidak disimak, tetapi kita memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk berpikir, berpikir secara serius dan mendalam, dan menawarkan solusi. Mungkin saja, kita akan didengarkan,” ucap Danilo Türk yang juga merupakan Presiden Club de Madrid itu.

Selain SBY dan Danilo Türk, pertemuan bertajuk “2022 Berlin Policy Dialogue: Leading in a World of Converging Crises” ini dihadiri pula oleh mantan Perdana Menteri Senegal Aminata Touré dan mantan Kanselir Austria Wolfgang Schüssel.

Berikutnya, hadir secara daring mantan Presiden Jerman Horst Kohler, mantan Perdana Menteri New Zealand Helen Clark, serta para mantan kepala negara lainnya, baik dari negara-negara maju maupun berkembang.

Sekjen PBB António Guterres juga turut memberikan sambutan dan apresiasi atas inisiatif ini yang disampaikannya secara daring. Ada pula Direktur Eksekutif TYI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Ant)