Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pertahanan Madagaskar Rakotonirina Leon Jean Richard yang sekaligus menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Madagaskar sambil membahas isu stabilitas dan keamanan di wilayah perairan strategis.

Dalam pertemuan yang dilakukan di sela-sela Archipelagic and Island State Forum (AIS Forum) di Bali, Senin (5/12), Madagaskar memandang penting kepemimpinan Indonesia dalam menjaga keamanan wilayah maritim di Kawasan Asia-Pasifik, khususnya wilayah Samudera Hindia.

“Tentu saja ini komitmen Indonesia untuk terus menjaga Samudera Hindia sebagai wilayah strategis bersama. Kepemimpinan Indonesia di forum AIS ini jelas sangat diharapkan oleh negara-negara seperti Madagaskar,” kata Luhut dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Luhut juga mengatakan Indonesia telah menunjukkan peran yang luar biasa dalam menangani berbagai persoalan global dalam KTT-G20 lalu.

Lebih lanjut Luhut pun menyampaikan kepentingan Indonesia untuk membangkitkan kerja sama negara-negara berkembang melalui Emerging Economies Cooperation sebagai tindak lanjut rangkaian Pertemuan KTT G20.

“Ini akan memperkuat kerja sama selatan-selatan terutama peluang kerja sama industri strategis, perdagangan, dan infrastruktur,” imbuh Luhut.

Tidak hanya membahas isu perairan strategis, kedua menteri juga menjajaki peluang kerja sama di bidang pengelolaan hutan dan sumber daya laut berkelanjutan, termasuk terumbu karang (coral reef), dan pendidikan atau pembangunan kapasitas sumber daya manusia, terutama mengenai laut dan pengelolaan sumber daya sektor maritim.

Indonesia dinilai Madagaskar cukup mumpuni di sektor kelautan dan negara Afrika tersebut ingin mendorong kerja sama soal pendidikan kelautan.

“Indonesia sudah sangat maju di sektor-sektor tersebut, kami (Madagaskar) sungguh perlu kerja sama di bidang pendidikan tentang laut,” kata Menteri Rakotonirina.

Secara politis hubungan Indonesia dengan Madagaskar tergolong unik dengan adanya hubungan psikologis-historis antara kedua suku bangsa. Menariknya, Menteri Rakotonirina selama pertemuan bilateral fasih menggunakan Bahasa Indonesia. (Ant)