Wakil Ketua MPR harap Perpesnas IV hadirkan santri pahlawan

Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid berharap Perkemahan Pesantren Nasional (Perpesnas) IV Majelis Pesantren dan Ma’had Da’wah Indonesia (Mapadi) dapat menciptakan santri yang pahlawan serta berkontribusi bagi umat, bangsa, maupun negara.

Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu, Hidayat mengatakan penyelenggaraan Perpesnas IV pada 3-5 November menggabungkan momentum peringatan Hari Resolusi Jihad, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, dan Hari Pahlawan pada 10 November.

“(Perpesnas bertujuan) Agar santri bisa terus terobsesi menjadi dan melanjutkan peran para pahlawan. Kepahlawanan santri tentunya untuk mengisi Indonesia merdeka, menyelamatkan kiblat bangsa, dan melanjutkan kontribusi untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita Indonesia merdeka,” katanya.

Perpenas menjadi momentum sangat baik untuk menyegarkan semangat nasionalisme dan kebangsaan, serta ingatan kolektif akan peran penting para santri, kiai, maupun pesantren. Mapadi merupakan suatu organisasi kemasyarakatan (ormas) bidang keagamaan yang beranggotakan lebih dari 190 pondok pesantren di seluruh Indonesia.

Hidayat, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Mapadi, menilai Perpesnas merupakan kegiatan positif bagi anak-anak muda di tengah ancaman isu narkoba, tawuran, dekadensi moral, konflik antarumat, perundungan, hingga asusila yang dapat membawa aura negatif bagi lingkungan pendidikan Indonesia, termasuk pesantren.

Dia berharap Perpresnas dapat menumbuhkan kebersamaan, optimisme, idealisme, serta kesadaran bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. Hal itu, katanya, guna memberi ruang pula bagi hadirnya peran besar dari dunia pesantren.

Lebih lanjut, dia mengatakan pesantren memiliki jasa bagi bangsa dan negara; tidak hanya saat kemerdekaan, melainkan juga di masa sekarang, Menurutnya, pesantren terbukti berjasa dalam menghadirkan alumni dengan peran strategis.

“Alumni pesantren bisa menjadi pebisnis, pejabat publik, penulis buku, sutradara film, pimpinan organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, bahkan pimpinan negara dan lembaga kenegaraan. Bahkan, madrasah dan pesantren juga bisa unggul secara nasional; dan karena itu banyak diminati oleh masyarakat,” katanya.

Oleh karena itu, dia mengkritik jika rencana Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditolak; karena, menurut dia, penolakan terhadap revisi UU Sisdiknas terkesan ‘meremehkan’ madrasah dan pesantren.

Perpesnas membuktikan bahwa pesantren mampu menghadirkan kegiatan berkualitas berskala nasional, yang mewadahi kebersamaan ribuan santri dari berbagai latar belakang pesantren dengan mengusung semangat ukhuwah serta kompetisi adil dan positif.

“Jadi, jangan dikesankan pesantren kumuh dan tidak berkualitas. Cara pandang dan salah paham publik termasuk Kemendikbudristek terhadap madrasah dan pesantren harus dikoreksi, dan mengoreksinya bisa melalui kegiatan positif dan konstruktif seperti Perpenas,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengapresiasi Mapadi dan menyambut baik penyelenggaraan Perpesnas IV Mapadi, yang rencananya diselenggarakan di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.

“Saya menyambut baik kreasi anak bangsa, tokoh-tokoh ormas, apalagi yang berkecimpung di dunia pesantren, untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan semangat cinta umat, bangsa, dan negara,” katanya.

Ia mengatakan Perpenas sudah selayaknya didukung, dikembangkan, dan disosialisasikan lebih masif kepada publik; sehingga menjadi inspirasi bagi anak-anak generasi milenial, generasi Y, maupun generasi Z.

“Saya berharap Perpresnas sukses menjadi alternatif berkelanjutan, juga kreasi dan kontribusi pesantren dan umat untuk keberkahan dan kemajuan bangsa dan negara,” ujarnya. (Ant)