Foto: Zulvan Zaviery (Ketua Pokdarwis Kaana). Wisatawan Dari Inggris dan Amerika Saat Berkunjung ke Pulau Enggano Bulan Agustus 2022 Untuk Lakukan Pengamatan Burung

Birds watching adalah cabang wisata yang sedang berkembang dan banyak diminati di berbagai belahan Dunia. Namun, tak dapat disangkal sebagian besar dari kita begitu asing dengan istilah ini. Birds watching sering di artikan sebagai pengamatan burung di alam liar dalam bahasa Indonesia. Pengertian ini tidak salah namun tidak tepat secara keseluruhan, karna pengamatan itu sendiri lebih lebih diartikan sebagai suatu metode penelitian sedangkan yang di lakukan para bird watchers adalah menonton burung di alam liar.

Foto: Zulvan Zaviery (Ketua Pokdarwis Kaana). Beo Enggano, Salah Satu Hewan Endemik Pulau Enggano Yang Menjadi Target pengamatan Wisatawan Mancanegara

Birds watching adalah cabang wisata minat khusus yang menitikberatkan untuk melihat beragam spesies burung di alam liar di habitat asli mereka. Saat ini, di dunia jumlah member resmi dari organisasi pengamat burung Internasional sudah mencapai jutaan orang. Bahkan, untuk wilayah Eropa saja member resminya telah mencapai angka 1,5 juta orang.

Menurut situs U.S Fish and wildlife service dengan tajuk BIRDS WATCHING AND IMPACT FOR THE U.S ECONOMY mengatakan bahwa Amerika memperoleh pendapatan sebesar 325 Milyar Dollar / tahun (Setara dengan 4550 Triliun Rupiah) dari pariwisata pengamatan burung dan menciptakan lapangan kerja bagi 666.000 orang. Suatu nilai yang sangat Fantastis yang di peroleh dari satu bidang pariwisata minat khusus bermodalkan keberadaan spesies burung di alam liar.

Setiap pengamat burung memiliki daftar spesies burung mulai dari 1000-10.000 spesies yang harus ia saksikan, Namun, persyaratan yang harus ia penuhi untuk dapat menconteng tabel yang ada didalam daftar itu adalah ia harus menyaksikan burung tersebut di alam liar.

Enggano memiliki 6 spesies endemik burung yang hanya terdapat di pulau Enggano dan tidak dapat di jumpai di daerah lain, enam spesies itu adalah Beo Enggano (Gracula Enganensis) /Enggano Hill Myna, Betet Enggano (Psittacula Longicauda) / Enggano Longtailed Parakeet, Anis Enggano (Zoothera leucolaema)/Enggano Thrush, Kacamata Enggano (Zoosterops Salvadorii)/Enggano white eyes, Celepuk Enggano (Otus Enganensis) / Enggano scoops owl dan Uncal Enggano (Macropygia Cinnamomea) / Enggano Cuckoo dove.

Enggano memiliki jumlah Spesies burung terbanyak di antara seluruh jajaran pulau di belahan barat sumatera. Jika kita berbicara potensi ekonomi maka potensi wisata minat khusus ini sangatlah potensial mengingat member yang cukup besar, jikalau kita kembali pada persyaratan untuk menconteng daftar yang ada mereka harus menyaksikan burung itu secara langsung di habitat mereka maka mereka mau tidak mau harus datang ke Pulau Enggano karena 6 spesies yang ada dalam daftar mereka hanya ada di pulau Enggano.

Jika kita fokus pada eropa saja dengan member 1,5 juta orang dan kita mendapatkan 1 persen saja dari jumlah member yang ada maka Enggano akan di banjiri 15.000 orang pengamat burung Internasional. Selama ini, Birder terbanyak yang datang ke Pulau Enggano berasal dari Inggris, yang di susul Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Australia, Hongaria dan Brasil. Dari Asia tercatat satu wanita asal Philipina dan 3 orang birder Domestik.

Jika para pengamat burung ini datang melalui Birding Organizer maka setiap grup yang terdiri dari 6-9 orang akan memperkerjakan 3 orang pemandu. Satu dari Eropa, satu pemandu dari Travel agency di Indonesia dan satu pemandu lokal.

Pemandu dari agensi hanya akan bertugas memandu wisatawan ke daerah tujuan kemudian menyerahkan tugas ke pemandu lokal untuk membawa wisatawan ke lokasi pengamatan burung yang telah ditentukan. Hal ini telah menjadi sistem baku dari perusahaan birding tour agar uang dan benefit yang masuk terdistribusi dengan skema yang rapi sampai ke tingkat bawah sebagai bentuk dukungan bagi masyarakat lokal yang turut andil menjaga kelestarian alam dan spesies burung yang ada di daerah mereka.

Bahkan saat ini sudah mulai ada kesepakatan antara birding tour organizer company dan pegiat wisata lokal bahwa pihak tour organizer juga akan memberikan kontribusi keuangan sebagai bentuk dukungan kepada pengurus organisasi daerah yang memiliki kawasan khusus untuk kegiatan pengamatan burung setiap kali mereka melakukan kegiatan pengamatan burung ke daerah tersebut.

Saat ini, harga paket pengamatan burung di Enggano berada di kisaran 500.000-hingga 1.000.000 rupiah per orang per hari. Jika harga paket ini dikalikan 15.000 orang dan aktivitas birding memakan waktu 3 hari maka setidaknya akan memberikan pemasukan 22.5 – 45 Milyar rupiah di luar dari efek domino yang dihasilkan dari kehadiran mereka seperti transportasi, berupa tiket pesawat, kapal, persewaan mobil, motor, penjualan makanan, souvenir dan sebagainya.

Melihat Potensi ini banyak agensi yang bergerak di bidang birding tour company mulai melirik dan memasukkan Enggano ke dalam daftar kunjungan karena usaha ini tak hanya memberikan pemasukan bagi agensi wisata terkait namun juga memberikan kontribusi besar kepada warga lokal dengan tetap mengedepankan pelestarian lingkungan dalam menciptakan peluang usaha atau yang lebih dikenal dengan Eco-Friendly Business Opportunity

Namun semua ini bukan tanpa kendala, Persoalan yang terberat adalah sulitnya mengedukasi dan menyadarkan masyarakat tentang betapa pentingnya keberadaan spesies burung ini di alam dan potensi ekonomi yang ada dengan keberadaan mereka di alam liar.

Akhir akhir ini sangat sulit menemukan keberadaan beo Enggano di alam liar akibat maraknya aksi perburuan. Jikalau dulu orang orang hanya mengambil anakan dari burung ini maka sekarang banyak para pemburu yang mulai menargetkan induknya untuk ditangkap dan jual.

Para pelaku wisata di Enggano juga mengeluhkan panjangnya proses untuk menetapkan suatu spesies hewan masuk ke dalam daftar spesies yang dilindungi Undang-Undang.

Terpisah, dalam wawancara dengan media Kadis Pariwisata Bengkulu Utara, Hendri Kisinjer, SE, MM menjelaskan bahwa dirinya mendukung pengembangan pariwisata Bird Watching di Enggano.

Bahkan, dirinya mengaku terkejut melihat potensi yang luar biasa yang dimiliki Enggano. Selama ini, dirinya mengakui sistem pencatatan dan pelaporan kunjungan wisata terkait Bird Watching belum terdokumentasi dengan baik. Dan Kadis Pariwisata akan melakukan evaluasi untuk pengembangan pariwisata Bird Watching yang pada akhirnya potensi pariwisata Bird Watching di Enggano akan berdampak pada perekonomian warga di Enggano. (Adv)