Jakarta – Pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto mendapat reaksi negatif dari banyak pendukung Prabowo. Salah satunya Ton Abdillah Has, eks aktivis kemahasiswaan yang menjadi deklarator salah satu relawan pendukung Prabowo Subianto.
Ton Abdillah mengaku merasa risih secara moral untuk tetap mendukung Prabowo, karena pertimbangan etika berdemokrasi.
“Meski secara prosedural tidak ada yang salah, namun secara moral politik terasa memalukan ketika hal yang biasanya hanya terjadi di kontestasi Pilkada justru sekarang terjadi di panggung politik nasional”, ujar mantan Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini.
Terlebih menurut Ton, pencalonan Gibran dilakukan lewat “upaya pemaksaan” tanpa pertimbangan kualifikasi. Pengajuan Judicial Review batas usia Capres-cawapres di MK ditengarai penuh tekanan dan bias hubungan kekerabatan, juga upaya mengkooptasi partai politik pendukung telah diketahui publik secara luas. Hal ini menurut Ton, membuat barrier moral makin kuat untuk tetap mendukung Prabowo.
“Demokrasi tentu tidak bisa hanya dibangun dengan alas prosedural saja, namun mengharuskan adanya budaya demokrasi. Karena jika tidak, tujuan demokrasi untuk terwujudnya keadaban dan kesejahteraan publik akan sulit diwujudkan,” ujar kader Partai Golkar ini.
Alasan ini pula yang membuat Ton dan sejumlah eks aktivis mahasiswa lainnya membatalkan niat mendukung Prabowo karena tidak sanggup melawan hati nurani sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab moral dalam menjaga demokrasi.
“Munculnya Gibran juga patut diwaspadai sebagai potensi ancaman bagi terselenggaranya pemilu yang jujur dan berkeadaban. Pohon demokrasi yang dibangun dengan susah payah ini wajib dikawal bersama, agar tidak layu sebelum berbuah lebat,” tandas alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini. (Rls)